PASAL 4
OBJEK PAJAK DAN BUKAN OBJEK PAJAK
Subjek
Pajak dalam Pajak Penghasilan adalah pihak yang dituju untuk membayar Pajak
Penghasilan (PPh), sedangkan objek pajak adalah apa yang dikenakan pajak, yaitu
: penghasilan yang diterima atau diperoleh Subyek Pajak.
Penentuan
objek PPh sangat penting dalam menentukan apakah suatu transaksi terutang pajak
penghasilan atau tidak karena:
- apabila penghasilan yang diterima/diperoleh Subjek Pajak merupakan objek PPh, maka Subjek Pajak tersebut mempunyai kewajiban membayar PPh.
- apabila penghasilan yang diterima/diperoleh Subjek Pajak bukan merupakan objek PPh, maka Subjek Pajak tersebut tidak mempunyai kewajiban untuk membayar PPh.
Definisi
dan macam/jenis penghasilan yang menjadi objek Pajak Penghasilan diatur dalam
pasal 4 UU No.7 Tahun 1983 sttdd UU No.36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan
(UU PPh), yaitu :
- Pasal 4 ayat (1) UU PPh mengatur tentang batasan/definisi dan contoh Penghasilan yang merupakan objek pajak (terutang pajak).
- Pasal 4 ayat (2) UU PPh mengatur pemberian kewenangan kepada pemerintah untuk mengenakan PPh secara tertentu (PPh Final) atas penghasilan tertentu.
- Pasal 4 ayat (3) UU PPh menyebutkan macam dan jenis penghasilan yang bukan objek pajak (negative list) sehingga jenis penghasilan yang tidak termasuk dalam negative list ini merupakan objek pajak (terutang pajak penghasilan).
Pada
prinsipnya Pasal 4 UU PPh mengatur bahwa atas semua penghasilan merupakan objek
PPh kecuali ditetapkan lain oleh UU PPh bukan sebagai objek pajak, karena:
- UU PPh menganut pengertian penghasilan yang seluas-luasnya dengan nama dan dalam bentuk apapun. Hal ini sejalan dengan prinsip substance over form yang dianut UU PPh. Artinya, dalam penghitungan pajak hakikat ekonomis yang sebenarnya lebih diutamakan dibandingkan nama atau istilah yang diberikan atas penghasilan tersebut.
- jenis penghasilan sangat banyak dan luas dan akan semakin berkembang sesuai dengan kemajuan ekonomi sehingga tidak mungkin dapat memberikan jenis penghasilan yang menjadi objek pajak secara spesifik dalam undang-undang.
Oleh
karena itu, yang bisa dilakukan adalah memberikan batasan macam dan jenis
penghasilan yang bukan Objek Pajak (tidak terutang pajak) sehingga jenis
penghasilan yang tidak termasuk bukan objek pajak merupakan objek pajak dan
terutang pajak.
A.
Penghasilan Yang Menjadi Objek Pajak
Berdasarkan
Pasal 4 ayat (1) UU PPh disebutkan bahwa yang menjadi Objek Pajak adalah
Penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia
yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangutan dengan nama dan dalam bentuk apapun, antara lain:
- Penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh, termasuk : gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk lainnya, kecuali ditentukan lain dalam UU PPh.
- Hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan.
- Laba usaha.
- Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta, termasuk:
- keuntungan karena penglihan harta kepada perseroan, persekutuan, dan badan lainnya sebagai pengganti saham atau penyertaan modal;
- keuntungan yang diperoleh perseroan, persekutuan dan badan lainnya karena pengalihan harta kepada pemegang saham, sekutu, atau anggota;
- keuntungan karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, atau pengambilalihan usaha;
- keuntungan karena pengalihan harta berupa hibah, bantuan atau sumbangan, kecuali yang diberikan kepada keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan badan keagamaan atau badan pendidikan atau badan sosial atau pengusaha kecil termasuk koperasi yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan (Permenkeu No.245/PMK.03/2008), sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan atau penguasaan antara pihak-pihak yang bersangkutan;
- keuntungan karena penjualan atau pengalihan sebagian atau seluruhhak penambangan, tanda turut serta dalam pembiayaan, atau permodalan dalam perusahaan pertambangan;
- Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya.
- Bunga termasuk premium, diskonto dan imbalan karena jaminan pengembalian uang.
Premium terjadi apabila misalnya surat obligasi dijual di
atas nilai nominalnya sedangkan diskonto terjadi apabila surat obligasi dibeli
di bawah nilai nominalnya. Premium tersebut merupakan penghasilan bagi yang
meneritkan obligasi dan diskonto merupakan penghasilan bagi yang membeli
obligasi dan diskonto merupakan penghasilan bagi yang membeli obligasi.
- Dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk deviden dari perusahaan asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi.
Pengetian deviden termasuk pula:
- pembagian laba, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan nama dan dalam bentuk apapun;
- pembayaran kembali karena likuidasi yang melebihi jumlah modal yang disetor;
- pemberian saham bonus yang dilakukan tanpa penyetoran termasuk saham bonus yang berasal dari kapitalisasi agio saham;
- pembagian laba dalam bentuk saham;
- pencatatan tambahan modal yang dilakukan tanpa penyetoran;
- jumlah yang melebihi jumlah setoran sahamnya yang diterima atau diperoleh pemegang saham karena pembelian kembali saham-saham oleh perseroan yang bersangkutan;
- pembayaran kembali seluruhnya atau sebagian dari modal yang disetorkan, jika dalam tahun-tahun yang lampau diperoleh keuntungan, kecuali jika pembayaran kembali itu adalah akibat dari pengecilan modal dasar (statuter) yang dilakukan secara sah;
- pembayaran sehubungan dengan tanda-tanda laba, termasuk yang diterima sebagai penembusan tanda-tanda laba tersebut;
- bagian laba sehubungan dengan pemilikan obligasi;
- bagian laba yang diterima oleh pemegang polis;
- pembagian berupa sisa hasil usaha kepada anggota koperasi;
- pengeluaran perusahaan untuk keperluan pribadi pemegang saham yang dibebankan sebagai biaya perusahaan.
8. Royalti
Pengertian royalti adalahn imbalan
sehubungan dengan penggunaan:
- hak atas harta tak berwujud, misalnya hak pengarang, paten, merk dagang, formula, atau rahasia perusahaan;
- hak atas harta berwujud, misalnya hak atas alat-alat industri, komersial, dan ilmu pengetahuan. Yang dimaksud dengan alat-alat industri, komersial dan ilmu pengetahuan adalah setiap peralatan yang mempunyai nilai intelektual, misalnya peralatan-peralatan yang digunakan di beberapa industri khusus seperti anjungan pengeboran minyak (drilling rig), dan sebagainya;
- informasi, yaitu informasi yang belum diungkapkan secara umum, walaupun mungkin belum dipatenkan, misalnya pengalaman di bidang industri, atau bidang usaha lainnya. Ciri informasi dimaksud adalah bahwa informasi tersebut telah tersedia sehingga pemiliknya tidak perlu lagi melakukan riset untuk menghasilkan informasi tersebut.
Tidak termasuk dalam pengertian informasi di sini adalah
informasi yang diberikan oleh misalnya akuntan publik, ahli hukum, atau ahli
teknik sesuai dengan bidang keahliannya, yang dapat diberikan oleh setiap orang
yang mempunyai latar belakang disiplin ilmu yang sama.
- Sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta.
- Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala.
- Keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
- Keuntungan karena selisih kurs mata uang asing.
- Selisih lebih karena penilaian kembali aktiva.
- Premi asuransi.
- Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas.
- Tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenakan pajak.
- Penghasilan dari usaha berbasis syariah.
- Imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam undang-undang yang mengatur mengenai ketentuan umum dan tatacara perpajakan (UU No.6 Tahun 1983 sttd UU No.28 Tahun 2007)
- Surplus Bank Indonesia.
Diihat
dari sumber mengalirnya tambahan kemampuan ekonomis kepada
Penghasilan
yang menjadi objek pajak dapat dikelompokkan dalam 4 (empat) kelompok, yaitu :
- Penghasilan dari pekerjaan dalam hubungan kerja dan pekerjaan bebas seperti gaji, honorarium, penghasilan dari praktik dokter, notaris, aktuaris, akuntan, pengacara, dan sebagainya;
- Penghasilan dari usaha dan kegiatan;
- Penghasilan dari modal, yang berupa harta gerak ataupun harta takgerak seperti bunga, deviden, royalti, sewa, keuntungan penjualan harta atau hak yang tidak dipergunakan untuk usaha, dan lain sebagainya;
- Penghasilan lain-lain, seperti pembebasan utang, hadiah, dan sebagainya.
Berdasarkan
Pasal 4 ayat 1 UU PPh, definisi penghasilan yang terutang atau dikenakan PPh
mempunyai unsur sebagai berikut :
- Tambahan kemampuan ekonomis
- Yang diterima atau diperoleh oleh wajib pajak
- Baik yang berasal dari Indonesia maupunyang berasal dari luar Indonesia
- Yang dipakai untuk konsumsi maupun yang dipakai untuk menambah kekayaan
- Dengan nama dan bentuk apapun
B.
Penghasilan Yang Bukan Objek Pajak
Berdasarkan
Pasal 4 ayat (3) UU PPh, jenis penghasilan yang tidak termasuk sebagai objek
pajak, sehingga tidak terutang PPh meskipun diterima atau diperoleh oleh subjek
pajak adalah :
1. a. Bantuan atau sumbangan , termasuk
zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk
atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak
atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di
Indonesia, yang diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan
oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima sumbangan yang berhak, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah ( diatur dalam
PP No. 18 tahun 2009 : zakat diterima badan amil zakat atau lembaga amil zakat
yang dibentuk atau disahkan pemerintah , dan sumbangan keagamaan yang sifatnya
wajib diterima lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan pemerintah).
b. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam
garis keturunan lurus satuderajat, dan oleh badan keagamaan atau
badanpendidikan atau badan sosial termasuk yayasan, koperasi atau orang pribadi
atau badan social termasik yayasan, koperasi atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu No 245/PMK.03/2008) sepanjang
tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikanatau penguasaan antara
pihak-pihak yang bersangkutan.
- Warisan
- Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti penyertaan modal.
- Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaana atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari wajib pajak atau pemerintah, kecuali yang diberikan oleh : bukan wajib pajak, WP yang dikenakan pajak secara final atau WP yang menggunakan Norma Penghitungan Khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud pasal 15.
- Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna dan asuransi beasiswa.
- Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai wajib pajak dalam negeri, koperasi, BUMN atau BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat :
- Dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan
- Bagi perseroan terbatas, BUMN/BUMD yang menerima dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% dari jumlah modal yang disetor.
- Iuran yang diterima atau diperoleh dana pension yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawa.i
- Penghasilan dari modal yangditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan.
- Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma dan kongsi termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif
- Bunga obligasi yang diterima atau diperoleh reksadana selama 5 tahun pertama sejak tanggal pendirian atau tanggal kontrak ( ketentuan ini tidak tercantum lagi dalam UU No. 36 tahun 2008 sehingga dihapus sejak 1 Januari 2009 dan merupakan Objek pajak )
- Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura bberupa bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha atau kegiatan di Indonesia dengan syarat badan pasangan usaha tersebut :
- Merupakan perusahaan kecil, menengah atau yang mejalankan kegiatan dalam sector-sektor usaha yang ditetapkan dengan keputusan Menteri Keuangan
- Sahamnya tidak diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia
- Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan ( Permenkeu No 246/PMK.03/2008 : diterima WNI untuk pendidikan di dalam negeri pada tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi, terdiri dari : biaya pendidikan yang dibayarkan ke sekolah, biaya ujian, biaya penelitian terkait bidang studinya, pembelian buku dan biaya hidup yang wajar di lokasi belajar)
- Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak di bidang pendidikan dan atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan dan atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4tahun sejak diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
- Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada wajib pajak tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarka Peraturan Menteri Keuangan (Permenkeu No 247/PMK.03/2008: Jamsostek, Taspen, Asabri, Askes, badan hokum lainnya penyelenggara Program Jaminan Sosial).
PASAL
6
PASAL
6 AYAT 1
BIAYA YANG BOLEH DIBEBANKAN DANYANG TIDAK BOLEH DIBEBANKAN
Besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib
Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan
bruto dikurangi biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan.
Beban-beban yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto dapat dibagi dalam 2
(dua) golongan, yaitu beban atau biaya yang mempunyai masa manfaat tidak lebih
dari 1 (satu) tahun dan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun.
Beban yang mempunyai masa manfaat tidak lebih
dari 1 (satu) tahun merupakan biaya pada tahun yang bersangkutan, misalnya
gaji, biaya administrasi dan bunga, biaya rutin pengolahan limbah dan
sebagainya, sedangkan pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1
(satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui penyusutan atau melalui
amortisasi. Di samping itu, apabila dalam suatu tahun pajak didapat kerugian
karena penjualan harta atau karena selisih kurs, kerugian-kerugian tersebut
dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
- Biaya Yang Boleh Dibebankan
Berdasarkan
Pasal 6 ayat (1) UU PPh, biaya-biaya yang boleh dibebankan sebagai pengurang
penghasilan bruto adalah :
1.
biaya
yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
1.
biaya pembelian bahan;
2. biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa
termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan tunjangan yang
diberikan dalam bentuk uang;
3. bunga, sewa, dan royalti;
4. biaya perjalanan;
5. biaya pengolahan limbah;
6. premi asuransi;
7. biaya promosi dan penjualan yang diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
8. biaya administrasi; dan
9. pajak kecuali Pajak
Penghasilan;
Biaya-biaya yang dimaksud dalam ketentuan ini
lazim disebut biaya sehari-hari yang boleh dibebankan pada tahun pengeluaran.
Untuk dapat dibebankan sebagai biaya, pengeluaran-pengeluaran tersebut harus
mempunyai hubungan langsung maupun tidak langsung dengan kegiatan usaha atau
kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang merupakan
objek pajak. Dengan demikian, pengeluaran-pengeluaran untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan objek pajak tidak
boleh dibebankan sebagai biaya.
Contoh:
Dana Pensiun A yang pendiriannya telah
mendapat pengesahan dari Menteri Keuangan memperoleh penghasilan bruto yang
terdiri dari:
a. penghasilan yang bukan merupakan objek
pajak sesuai dengan Pasal 4 ayat (3) huruf h
Rp100.000.000,00
b. penghasilan bruto lainnya sebesar
Rp300.000.000,00 (+)
Jumlah penghasilan bruto Rp400.000.000,00
Apabila seluruh biaya adalah sebesar
Rp200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah), biaya yang boleh dikurangkan untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan adalah sebesar 3/4 x
Rp200.000.000,00 = Rp150.000.000,00.
Demikian pula bunga atas pinjaman yang
dipergunakan untuk membeli saham tidak dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang
dividen yang diterimanya tidak merupakan objek pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) huruf f. Bunga pinjaman yang tidak boleh dibiayakan tersebut
dapat dikapitalisasi sebagai penambah harga perolehan saham.
Pengeluaran-pengeluaran yang tidak ada
hubungannya dengan upaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, misalnya pengeluaran-pengeluaran untuk keperluan pribadi pemegang
saham, pembayaran bunga atas pinjaman yang dipergunakan untuk keperluan pribadi
peminjam serta pembayaran premi asuransi untuk kepentingan pribadi, tidak boleh
dibebankan sebagai biaya. Pembayaran premi asuransi oleh pemberi kerja untuk
kepentingan pegawainya boleh dibebankan sebagai biaya perusahaan, tetapi bagi
pegawai yang bersangkutan premi tersebut merupakan penghasilan.
Pengeluaran-pengeluaran sehubungan dengan
pekerjaan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam
bentuk uang. Pengeluaran yang dilakukan dalam bentuk natura atau kenikmatan,
misalnya fasilitas menempati rumah dengan cuma-cuma, tidak boleh dibebankan
sebagai biaya, dan bagi pihak yang menerima atau menikmati bukan merupakan
penghasilan. Namun, pengeluaran dalam bentuk natura atau kenikmatan tertentu
sebagaimana diatur dalam Pasal 9 ayat (1) huruf e, boleh dibebankan sebagai
biaya dan bagi pihak yang menerima atau menikmati bukan merupakan penghasilan.
Pengeluaran-pengeluaran yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto harus dilakukan dalam batas-batas yang wajar
sesuai dengan adat kebiasaan pedagang yang baik. Dengan demikian, apabila
pengeluaran yang melampaui batas kewajaran tersebut dipengaruhi oleh hubungan
istimewa, jumlah yang melampaui batas kewajaran tersebut tidak boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto.
Pajak-pajak yang menjadi beban perusahaan
dalam rangka usahanya selain Pajak Penghasilan, misalnya Pajak Bumi dan
Bangunan (PBB), Bea Meterai (BM), Pajak Hotel, dan Pajak Restoran, dapat
dibebankan sebagai biaya.
Mengenai pengeluaran untuk promosi perlu dibedakan
antara biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk promosi dan biaya yang pada
hakikatnya merupakan sumbangan. Biaya yang benar-benar dikeluarkan untuk
promosi boleh dikurangkan dari penghasilan bruto. Besarnya biaya promosi dan
penjualan yang diperkenankan sebagai pengurang penghasilan bruto diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
b. penyusutan atas pengeluaran untuk
memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak
dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A;
Pengeluaran-pengeluaran untuk memperoleh
harta berwujud dan harta tak berwujud serta pengeluaran lain yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, pembebanannya dilakukan melalui
penyusutan atau amortisasi.
Pengeluaran yang menurut sifatnya merupakan
pembayaran di muka, misalnya sewa untuk beberapa tahun yang dibayar sekaligus,
pembebanannya dapat dilakukan melalui alokasi.
c. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan;
Iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan boleh dibebankan sebagai biaya, sedangkan
iuran yang dibayarkan kepada dana pensiun yang pendiriannya tidak atau belum
disahkan oleh Menteri Keuangan tidak boleh dibebankan sebagai biaya.
d. kerugian karena penjualan atau pengalihan
harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan;
Kerugian karena penjualan atau pengalihan
harta yang menurut tujuan semula tidak dimaksudkan untuk dijual atau dialihkan
yang dimiliki dan dipergunakan dalam perusahaan atau yang dimiliki untuk
mendapatkan, menagih dan memelihara penghasilan dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto.
Atas kerugian karena penjualan atau
pengalihan harta yang dimiliki tetapi tidak digunakan dalam perusahaan, atau
yang dimiliki tetapi tidak digunakan untuk mendapatkan, menagih dan memelihara
penghasilan, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto.
e. kerugian selisih kurs mata uang asing;
Kerugian karena fluktuasi kurs mata uang
asing dapat dibebankan sebagai biaya dan diakui berdasarkan sistem pembukuan
yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi
Keuangan yang berlaku di Indonesia.
f. biaya penelitian dan pengembangan
perusahaan yang dilakukan di Indonesia;
Biaya penelitian dan pengembangan perusahaan
yang dilakukan di Indonesia dalam jumlah yang wajar untuk menemukan teknologi
atau sistem baru bagi pengembangan perusahaan boleh dibebankan sebagai biaya
perusahaan.
g. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan;
Biaya yang dikeluarkan untuk keperluan
beasiswa, magang, dan pelatihan dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya
manusia dapat dibebankan sebagai biaya perusahaan dengan memperhatikan
kewajaran, termasuk beasiswa yang dapat dibebankan sebagai biaya adalah
beasiswa yang diberikan kepada pelajar, mahasiswa, dan pihak lain.
h. piutang yang nyata-nyata tidak dapat
ditagih
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dapat dibebankan sebagai biaya, dengan syarat:
1. telah dibebankan sebagai biaya dalam
laporan laba rugi komersial;
2. Wajib Pajak harus menyerahkan daftar
piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
3. telah diserahkan perkara penagihannya
kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang
negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan
utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan
dalam penerbitan umum atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa
utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang tertentu;
4. syarat sebagaimana dimaksud pada angka 3
tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak tertagih debitur kecil sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf k; yang pelaksanaannya diatur lebih
lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih
dapat dibebankan sebagai biaya sepanjang Wajib Pajak telah mengakuinya sebagai
biaya dalam laporan laba-rugi komersial dan telah melakukan upaya-upaya
penagihan yang maksimal atau terakhir.
Yang dimaksud dengan penerbitan tidak hanya
berarti penerbitan berskala nasional, melainkan juga penerbitan internal
asosiasi dan sejenisnya.
Tata cara pelaksanaan persyaratan yang
ditentukan dalam ayat (1) huruf h ini diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
i. sumbangan dalam rangka penanggulangan
bencana nasional yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
j. sumbangan dalam rangka penelitian dan
pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Pemerintah;
k. biaya pembangunan infrastruktur sosial
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah;
l. sumbangan fasilitas pendidikan yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan
m. sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga
yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah.
- Biaya Yang Tidak Boleh Dibebankan Dari Penghasilan Bruto
Pengeluaran-pengeluaran yang dilakukan Wajib
Pajak dapat dibedakan antara pengeluaran yang boleh dan yang tidak boleh
dibebankan sebagai biaya. Pada prinsipnya biaya yang boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto adalah biaya yang mempunyai hubungan langsung dan tidak
langsung dengan usaha atau kegiatan untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan yang merupakan objek pajak yang pembebanannya dapat dilakukan dalam
tahun pengeluaran atau selama masa manfaat dari pengeluaran tersebut.
Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UU PPh,
pengeluaran yang tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto meliputi :
a. pembagian laba dengan nama dan dalam
bentuk apapun seperti dividen termasuk dividen yang dibayarkan oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk
apa pun, termasuk pembayaran dividen kepada pemilik modal, pembagian sisa hasil
usaha koperasi kepada anggotanya, dan pembayaran dividen oleh perusahaan
asuransi kepada pemegang polis, tidak boleh dikurangkan dari penghasilan badan
yang membagikannya karena pembagian laba tersebut merupakan bagian dari
penghasilan badan tersebut yang akan dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang
ini.
b. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan
untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu, atau anggota;
Tidak dapat dikurangkan dari penghasilan
bruto perusahaan adalah biaya-biaya yang dikeluarkan atau dibebankan oleh
perusahaan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu atau anggota,
seperti perbaikan rumah pribadi, biaya perjalanan, biaya premi asuransi yang
dibayar oleh perusahaan untuk kepentingan pribadi para pemegang saham atau
keluarganya.
c. pembentukan atau pemupukan dana cadangan,
kecuali:
1. cadangan piutang tak tertagih untuk usaha
bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit, sewa guna usaha dengan hak
opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak piutang;
2. cadangan untuk usaha asuransi termasuk
cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial;
3. cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin
Simpanan;
4. cadangan biaya reklamasi untuk usaha
pertambangan;
5. cadangan biaya penanaman kembali untuk
usaha kehutanan; dan
6. cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan
tempat pembuangan limbah industri untuk usaha pengolahan limbah industri, yang
ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan;
d. premi asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa, yang dibayar
oleh Wajib Pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan
premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi Wajib Pajak yang bersangkutan;
Premi untuk asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa yang
dibayar sendiri oleh Wajib Pajak orang pribadi tidak boleh dikurangkan dari
penghasilan bruto, dan pada saat orang pribadi dimaksud menerima penggantian
atau santunan asuransi, penerimaan tersebut bukan merupakan Objek Pajak.
Apabila premi asuransi tersebut dibayar atau
ditanggung oleh pemberi kerja, maka bagi pemberi kerja pembayaran tersebut
boleh dibebankan sebagai biaya dan bagi pegawai yang bersangkutan merupakan
penghasilan yang merupakan Objek Pajak.
e. penggantian atau imbalan sehubungan dengan
pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk natura dan kenikmatan, kecuali
penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta penggantian atau
imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan;
Sebagaimana telah diuraikan dalam penjelasan
Pasal 4 ayat (3) huruf d, penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan
kenikmatan dianggap bukan merupakan objek pajak. Selaras dengan hal tersebut,
dalam ketentuan ini penggantian atau imbalan dimaksud dianggap bukan merupakan
pengeluaran yang dapat dibebankan sebagai biaya bagi pemberi kerja. Namun,
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan, pemberian natura dan
kenikmatan berikut ini dapat dikurangkan dari penghasilan bruto pemberi kerja
dan bukan merupakan penghasilan pegawai yang menerimanya:
1. penggantian atau imbalan dalam bentuk
natura atau kenikmatan yang diberikan berkenaan dengan pelaksanaan pekerjaan di
daerah tersebut dalam rangka menunjang kebijakan pemerintah untuk mendorong
pembangunan di daerah terpencil;
2. pemberian natura dan kenikmatan yang
merupakan keharusan dalam pelaksanaan pekerjaan sebagai sarana keselamatan
kerja atau karena sifat pekerjaan tersebut mengharuskannya, seperti pakaian dan
peralatan untuk keselamatan kerja, pakaian seragam petugas keamanan (satpam),
antar jemput karyawan, serta penginapan untuk awak kapal dan yang sejenisnya;
dan
3. pemberian atau penyediaan makanan dan atau
minuman bagi seluruh pegawai yang berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
f. jumlah yang melebihi kewajaran yang
dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak yang mempunyai hubungan
istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan;
Dalam hubungan pekerjaan, kemungkinan dapat
terjadi pembayaran imbalan yang diberikan kepada pegawai yang juga pemegang
saham. Karena pada dasarnya pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang boleh dikurangkan dari penghasilan bruto adalah
pengeluaran yang jumlahnya wajar sesuai dengan kelaziman usaha, berdasarkan
ketentuan ini jumlah yang melebihi kewajaran tersebut tidak boleh dibebankan
sebagai biaya. Misalnya, seorang tenaga ahli yang merupakan pemegang saham dari
suatu badan memberikan jasa kepada badan tersebut dengan memperoleh imbalan
sebesar Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).
Apabila untuk jasa yang sama yang diberikan
oleh tenaga ahli lain yang setara hanya dibayar sebesar Rp20.000.000,00 (dua
puluh juta rupiah), jumlah sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah)
tidak boleh dibebankan sebagai biaya. Bagi tenaga ahli yang juga sebagai
pemegang saham tersebut jumlah sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluh juta rupiah)
dimaksud dianggap sebagai dividen.
g. harta yang dihibahkan, bantuan atau
sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (3) huruf a dan
huruf b, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) huruf i
sampai dengan huruf m serta zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau sumbangan
keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah,
yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah;
h. Pajak Penghasilan;
Yang dimaksudkan dengan Pajak Penghasilan
dalam ketentuan ini adalah Pajak Penghasilan yang terutang oleh Wajib Pajak
yang bersangkutan.
i. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan
untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang menjadi tanggungannya;
Biaya untuk keperluan pribadi Wajib Pajak
atau orang yang menjadi tanggungannya, pada hakekatnya merupakan penggunaan
penghasilan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan. Oleh karena itu biaya tersebut
tidak boleh dikurangkan dari penghasilan bruto perusahaan.
j. gaji yang dibayarkan kepada anggota
persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas
saham;
Anggota firma, persekutuan dan perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham diperlakukan sebagai satu
kesatuan, sehingga tidak ada imbalan sebagai gaji. Dengan demikian gaji yang
diterima oleh anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham, bukan merupakan pembayaran yang boleh
dikurangkan dari penghasilan bruto badan tersebut.
k. sanksi administrasi berupa bunga, denda,
dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan dengan pelaksanaan
perundangundangan di bidang perpajakan.
Pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan
memelihara penghasilan yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun
tidak dibolehkan untuk dibebankan sekaligus, melainkan dibebankan melalui
penyusutan atau amortisasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 atau Pasal 11A.
Sesuai
dengan kelaziman usaha, pengeluaran yang mempunyai peranan terhadap penghasilan
untuk beberapa tahun, pembebanannya dilakukan sesuai dengan jumlah tahun
lamanya pengeluaran tersebut berperan terhadap penghasilan. Sejalan dengan
prinsip penyelarasan antara pengeluaran dengan penghasilan, dalam ketentuan ini
pengeluaran untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang
mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun tidak dapat dikurangkan
sebagai biaya perusahaan sekaligus pada tahun pengeluaran, melainkan dibebankan
melalui penyusutan dan amortisasi selama masa manfaatnya sebagaimana diatur
dalam Pasal 11 dan Pasal 11A.